– Kelompok bersenjata terlarang dari suku Kurdi, Partai Pekerja Kurdistan (PKK), mengumumkan gencatan senjata dengan Turkiye pada Sabtu (1/3/2025).
Keputusan ini muncul setelah pemimpin mereka yang dipenjara, Abdullah Ocalan, menyerukan agar kelompok tersebut membubarkan diri dan menghentikan perjuangan bersenjata.
.
Ocalan, yang dikenal dengan sebutan “Apo,” telah lama menjadi simbol perjuangan kelompok ini.
PKK menegaskan bahwa mereka menerima seruan tersebut dan akan mengikuti serta melaksanakannya. Kelompok yang berbasis di Irak utara itu juga menyatakan bahwa pasukan mereka tidak akan melakukan tindakan bersenjata, kecuali jika diserang.
Seruan Ocalan dan peluang perdamaian
Pernyataan ini menjadi respons pertama PKK setelah Ocalan, yang mendekam di penjara sejak 1999, meminta organisasi tersebut untuk meletakkan senjata. Ia juga menyarankan agar PKK mengadakan kongres guna mengumumkan pembubaran resmi.
Pada Kamis (27/2/2025), Partai DEM yang pro-Kurdi menyampaikan pernyataan setelah bertemu dengan Ocalan di penjaranya.
Mereka menegaskan bahwa pemimpin PKK itu menginginkan kelompok tersebut menghentikan perjuangan bersenjata demi mencapai perdamaian dan stabilitas di kawasan.
PKK pun menyatakan kesiapannya untuk mengadakan kongres sebagaimana yang diinginkan Ocalan.
Namun, mereka juga menuntut agar kondisi penahanan Ocalan diperlonggar.
“Ia harus dapat hidup dan bekerja dalam kebebasan fisik dan dapat menjalin hubungan tanpa hambatan dengan siapa pun yang ia inginkan, termasuk teman-temannya,” ujar perwakilan PKK.
Turkiye dan Irak sambut seruan Ocalan
Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan menilai permohonan Ocalan sebagai peluang bersejarah untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung lebih dari 40 tahun dan menelan lebih dari 40.000 korban jiwa.
.
Sementara itu, Irak juga menyambut baik seruan Ocalan, menilainya sebagai langkah positif menuju stabilitas kawasan. Kehadiran PKK di wilayah Irak selama ini kerap memicu ketegangan antara Baghdad dan Ankara.
PKK, yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh Turkiye, Amerika Serikat, dan Uni Eropa, telah melakukan pemberontakan sejak 1984.
Tujuan utama kelompok ini adalah menciptakan Tanah Air bagi suku Kurdi, yang mencakup sekitar 20 persen dari total 85 juta penduduk Turkiye.
Dengan adanya gencatan senjata ini, banyak pihak menanti langkah konkret selanjutnya dalam proses perdamaian antara PKK dan Pemerintah Turkiye.