LUMAJANG,
– Sebanyak 50 narapidana di Lapas Kelas IIB Lumajang dapat merayakan berbuka puasa bersama keluarganya pada hari ketiga belas bulan Ramadhan.
Di tengah kebisingan tawa dan obrolan keluarga serta masyarakat binaan, terdapat dua individu yang tidak banyak bersuara namun berkomunikasi melalui bahasa kasih sayang.
Yang kedua adalah Muhammad Hafid, seorang narapidana di Lapas Kelas IIB Lumajang, serta istrinya bernama Hidayah.
Hidayah tiba sendirian di Lapas Lumajang guna menjumpai suaminya yang dikasihi tersebut.
Genggaman tangan kedua pemuda itu tak pernah terlepas sejak mereka berdua duduk diatas karpet hijau dalam ruangan buka puasa bersama.
Walaupun disekitar mereka ada banyak orang di sebelah kanan dan kiri, tetapi mereka tidak malu untuk terus bergandengan tangan sambil berbisik dan saling senyum-senyum.
Kadang-kadang, ciuman penuh kasih sayang dari Hidayah turun di dahi Hafid sebagai tanda dukungannya agar ia tetap sabar dan kuat dalam menghadapi hukumannya.
Pasangan yang baru saja melangsungkan pernikahan sekitar 1 tahun 8 bulan yang lalu masih belum diberkahi dengan kehadiran anak.
Pada tahun pertama pernikahan yang baru mencapai umur 14 bulan, pasangan tersebut dipaksa untuk terpisah karena Hafid tertangkap oleh kepolisian atas dugaan kasus narkoba.
“Sudah enam bulan berada di sini, dan sejak menikah baru satu tahun dua bulan ketika saya ditahan karena narkoba,” ujar Hafid saat ditemui di Lapas Kelas IIB Lumajang pada hari Rabu, tanggal 12 Maret 2025.
Hafid menyebutkan bahwa sebelum acara berbuka puasa kali ini, mereka berdua baru bertemu tiga hari yang lalu di lokasi tersebut selama waktu visiting.
Meski demikian, seperti halnya seseorang yang sedang jatuh cinta, kerinduan pasti muncul sewaktu-waktu meskipun tidak dalam penglihatan. Dia berkata, “Hanya tiga hari yang lalu dia dikunjungi, namun masih saja merindukan.”
Hidayah tak tiba di penjara tanpa membawa apa-apa.
Dia mengambil tempe kecap favorit pasangannya tersebut.
Menurut dia, hidangan tersebut dibawa tanpa adanya permintaan terlebih dahulu dari Hafid.
Dia dengan sukarela menyiapkan hidangan favorit suaminya sebagai lauk berbuka puasa bersama. “Bawakan saja tempe kecap yang dia senangi, supaya ia selalu mengingatkanku,” canda Hidayah disambut gelak tawa oleh Hafid.
Ketika adzan Maghrib terdengar, sepasang kekasih itu pun tak sungkan untuk bergantian memakan makanan dari piring satu sama lain. Seolah mereka adalah seluruh alam semesta yang hanya diisi oleh keduanya saja.
Menurut Hidayah, sepanjang acara perjumpaan tersebut, dia menasihati suaminya agar tetap sabar dan kuat menghadapi hukumannya.
Hafid pun menyampaikan pesan serupa kepada Hidayah agar terus setia menantikannya hingga bebas dari penjara.
Belum jelas sampai kapan Hafid akan tetap berada di tahanan karena hingga saat ini belum ada putusan dari pengadilan terhadapnya.
Pada saat ini, rangkaian persidangan masih berfokus pada tahap penyampaian tuntutan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU).
“Belum ada kepastian sampai kapan, belum diberikan putusan, oleh karena itu sebelumnya kami berpesan untuk tetap tegar menjalani hukuman dan setia menanti,” ungkap Hidayah.