.CO.ID – JAKARTA. P
Bank Central Asia Tbk (BBCA) berencana untuk mengeluarkan pembagian laba sebesar Rp 37 triliun dalam waktu dekat di tahun 2025. Mengingat jumlah dividen BBCA yang besar tersebut, apakah Anda harus membeli sahamnya langsung atau menahan diri terlebih dahulu?
Pimpinan BBCA sudah menentukan bahwa akan ada pembayaran dividen akhir sebesar Rp 250 setiap saham untuk tahun buku 2024. Kesepakatan ini diambil saat Rapat Umum Pemegang Saham Tertinggi (RUPST) BCA yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 12 Maret.
Secara keseluruhan, dividen yang diberikan oleh BBCA untuk tahun buku 2024 tercatat sebesar Rp 37 triliun. Angka ini telah mempertimbangkan dividen interim dari BCA yang diumumkan pada Desember 2024 dengan nilaiRp 50 per saham.
Perhatikan ini, Saham Unggulan Berikut Siap Membagikan Dividen Senilai Rp 1,12 Triliun
Dalam hal perbandingan, jumlah dividen yang diberikan oleh BCA berdasarkan performa mereka selama tahun 2024 mencapai 67,4% dari keseluruhan keuntungan mereka. Dengan kata lain, laba BCA di tahun tersebut adalah Rp 54,8 triliun.
Mengherankannya, walaupun laba bersih BBCA di tahun 2024 meningkat sebesar 12,7%, tetapi persentase dividen yang diberikan justru berkurang. Pada periode sebelumnya, rasio dividen mencapai 68,4% dari seluruh keuntungan mereka.
Apabila kita melihat harga BBCA pada penutupan sesi I hari Rabu (12/3), yield devidennya kurang lebih mencapai 2,75%. Pada saat ini, harga saham BBCA ada di posisi Rp 9.075 per lembar.
Tonton:
THR PNS Akan Diterima Sejak Tanggal 17 Maret 2025, dengan Pembayaran Ke-13 pada 14 Juni
Rekomendasi saham BBCA
Kepala Investasi Proprietary Milik Mirae Asset, Handiman Soetoyo, menyatakan bahwa jumlah dividen BCA ternyata lebih rendah dari yang dia prediksikan serta dibandingkan dengan kesepakatan pasar. Menurutnya, dividen akhir BCA mungkin sekitar Rp 311 per saham, sementara estimasi rata-rata pasar diperkirakan pada nilai Rp 312 per saham.
Sebaliknya, dia menekankan tentang pengurangan rasio dividen BCA. Dia menjelaskan bahwa hal ini merupakan kali pertama dalam delapan tahun terakhir di mana rasio pembayaran dividen BCA mengalami penurunan.
“Kemungkinan turunnya rasio deviden tahun ini adalah untuk memastikan pertumbuhan dividen secara berkelanjutan di masa depan,” kata Handiman.
Selain itu, Handiman pun memiliki pandangan bahwa
yield dividen
BCA termasuk ke dalam kategori yang lebih kecil apabila dibandingkan dengan bank-bank KBMI lainnya. Apabila dijumlahkan dari dividen interim maupun final, yield keseluruhan BCA kurang lebih mencapai 3,3%.
Maka dia berpendapat bahwa dividen dari BCA ini tidak terlalu menggoda bagi para investor yang sekadar mencari keuntungan darinya. Ini disebabkan karena penilaian nilai BCA pada dasarnya sudah termasuk tertinggi dibanding dengan bank-bank lainnya.
“Bila tujuan Anda adalah mendapatkan dividenden, mungkin BBCA kurang menarik. Namun, jika targetnya adalah pertumbuhan yang konsisten, BBCA merupakan salah satu pilihan terbaik,” katanya.
Beberapa Saham Unggulan di Sektor Perbankan akan Membagikan Dividen, Manakah yang Patut Dibeli?
Setuju, menurut Ekky Topan dari Infovesta Utama, dia mengakui bahwa dividen BBCA sejauh ini bukanlah prioritas utama untuk investor yang mencari pendapatan dividen. Hal ini disebabkan oleh adanya opsi bank lain di luar sana yang dapat menyediakan return lebih besar.
“Meskipun relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan dividen dari bank lain,” katanya.
Namun begitu, Ekky menegaskan hal tersebut tidak berarti BBCA kurang menarik untuk dikumpulkan. Menurutnya, saham BBCA tetap dipandang sebagai yang paling mampu memberikan keuntungan.
capital gain
serta keamanannya, dengan memeriksa sejarah harga saham BBCA yang terus meningkat.
“Alasannya berinvestasi di BBCA cenderung menuju aspek keamanan, sedangkan dividen menjadi tambahan,” katanya.
Selanjutnya, Ekky menyebutkan bahwa untuk BBCA, titik harga yang akan segera diuji adalah pada level 9.350 dan bisa naik ke angka 10.000 apabila penguatan tetap berlangsung dalam waktu dekat.