Saham Unilever Indonesia Semakin Terpuruk dan Dikeluarkan dari MSCI Global Standard Index

by -di lihat 1 kali

Saham PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) terus mengalami tekanan hebat, mencerminkan tantangan besar yang dihadapi perusahaan dalam menjaga dominasinya di industri barang konsumsi cepat saji (FMCG).

Pada perdagangan Rabu (12/2/2025), saham UNVR ditutup melemah 3,51% ke level Rp1.375 per saham. Level ini menandai penurunan sebesar 27,06% sejak awal 2025 (year to date/YtD) dan semakin menekan valuasi perusahaan.

Setelah mencapai puncak kejayaan di 2018, saham Unilever Indonesia terus mengalami tren penurunan secara bertahap. Kejatuhan ini semakin nyata menjelang rilis laporan keuangan tahun buku 2024 pada 13 Februari 2025, yang dinantikan banyak investor untuk mengukur prospek perusahaan ke depan.

Lemahnya Kinerja Keuangan

Laporan keuangan 2024 menunjukkan bahwa Unilever mengalami tekanan besar pada berbagai lini bisnisnya. Perusahaan hanya mampu membukukan penjualan bersih sebesar Rp27,41 triliun, terkoreksi 10,12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Penurunan ini dipicu oleh lesunya penjualan domestik yang turun 9,89% menjadi Rp26,63 triliun, serta anjloknya penjualan ekspor sebesar 17,45% menjadi Rp785,7 miliar.

Dampak dari menurunnya pendapatan ini pun terlihat pada laba bersih yang tergerus 29,83% secara tahunan, dari Rp4,18 triliun menjadi Rp3,36 triliun. EBITDA perseroan juga menyusut 26,83% menjadi Rp5,29 triliun, mencerminkan tekanan yang semakin besar pada profitabilitas perusahaan.

Terdepak dari MSCI Global Standard Index

Salah satu faktor utama yang memperparah penurunan saham UNVR adalah terdepaknya emiten ini dari MSCI Global Standard Index dalam rebalancing Februari 2025. Indeks ini digunakan oleh banyak investor institusional global sebagai acuan dalam portofolio mereka.

Keputusan MSCI ini memicu aksi jual besar-besaran atas saham UNVR, meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari yang sama justru menguat 1,74% ke level 6.645,78.

Penghapusan UNVR dari MSCI membuat sahamnya semakin melemah, menambah tekanan pada valuasi yang sudah tertekan akibat lemahnya kinerja keuangan. Langkah rebalancing ini akan berlaku efektif pada periode 3 Maret 2025 hingga 2 Juni 2025, sehingga tekanan jual kemungkinan masih akan berlanjut dalam beberapa bulan ke depan.

Terdepaknya saham PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) dari indeks MSCI Global Standard memberikan dampak signifikan terhadap performa saham perseroan. Pada saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 1,74% ke level 6.645,78 pada Rabu (12/2/2025), saham UNVR justru melemah 3,51% ke level Rp1.375. Secara year to date (YtD), harga saham UNVR sudah mengalami penurunan sebesar 27,06%.

Apa Itu MSCI Global Standard Index?

MSCI (Morgan Stanley Capital International) Global Standard Index adalah indeks yang mencakup saham-saham berkapitalisasi besar (large-cap) dan menengah (mid-cap) dari berbagai negara. Indeks ini menjadi acuan penting bagi investor institusional dalam menyusun portofolio investasi mereka.

MSCI secara berkala melakukan rebalancing, yaitu evaluasi dan penyesuaian daftar saham yang masuk dalam indeks ini. Saham yang tidak lagi memenuhi kriteria dapat dikeluarkan, seperti yang terjadi pada UNVR kali ini.

Dikeluarkannya UNVR dari indeks ini memicu aksi jual oleh investor institusional yang mengacu pada indeks MSCI dalam strategi investasinya. Hal ini menjelaskan tekanan jual yang dialami saham UNVR di tengah penguatan IHSG.

Strategi Transformasi dan Peluang Baru

Dalam upaya memperkuat fokus bisnisnya, Unilever Indonesia mengambil langkah besar dengan menjual unit bisnis es krimnya kepada PT The Magnum Ice Cream Indonesia seharga Rp7 triliun.

Keputusan ini diharapkan dapat mengoptimalkan kinerja perusahaan dengan lebih memusatkan perhatian pada segmen yang lebih menguntungkan. Dampak dari divestasi ini diperkirakan akan meningkatkan laba bersih hingga Rp3,51 triliun, sementara kas dan setara kas perusahaan juga diproyeksikan naik dari Rp7,73 triliun menjadi Rp8,27 triliun.

Meski demikian, analis menilai bahwa Unilever perlu mengadopsi strategi inovasi yang lebih agresif untuk kembali menarik minat konsumen serta meningkatkan daya saingnya di pasar domestik. “Persaingan di sektor ini sangat ketat, sehingga Unilever harus terus berinovasi agar tetap relevan,” ujar seorang pengamat kepada Bisnis Indonesia, Sabtu (8/2/2025).

Dinamika geopolitik juga turut mempengaruhi persepsi pasar terhadap Unilever. Gencatan senjata antara Israel dan Hamas di awal 2025 diharapkan dapat meredakan tekanan boikot terhadap produk-produk Unilever, yang sebelumnya sempat berdampak pada citra perusahaan. Meski demikian, investor masih lebih fokus pada aspek fundamental bisnis sebagai indikator utama pertumbuhan jangka panjang.

Arah Saham UNVR: Potensi Rebound atau Masih Berisiko?

Dari sisi teknikal, saham UNVR masih berada dalam tren turun (downtrend), sehingga investor disarankan untuk menunggu konfirmasi pembalikan tren sebelum masuk ke dalam posisi yang lebih signifikan. Jika harga saham mampu menembus level resistance di Rp1.800 dengan volume beli yang solid, ada peluang pemulihan jangka menengah.

Berdasarkan data konsensus Bloomberg, mayoritas analis masih merekomendasikan jual. Dari 31 analis yang mengulas saham UNVR, sebanyak 17 memberikan rekomendasi sell, 12 menyarankan hold, dan hanya 2 yang merekomendasikan buy.

Target harga jangka pendek diperkirakan berada di kisaran Rp1.685, dengan potensi kenaikan ke Rp2.200–2.500 dalam enam hingga dua belas bulan ke depan, tergantung pada efektivitas restrukturisasi yang dilakukan perusahaan.

Bagi investor dengan toleransi risiko tinggi, UNVR dapat dipertimbangkan sebagai saham speculative buy mengingat valuasinya yang sudah cukup tertekan dan potensi rebound jika strategi transformasi berjalan sukses. Namun, bagi investor dengan profil risiko lebih konservatif, lebih bijak untuk menunggu sinyal pemulihan yang lebih kuat sebelum masuk ke pasar.

Kesimpulan

Dari era kejayaannya sebagai raja industri FMCG, Unilever Indonesia kini berada di persimpangan jalan. Dengan kinerja keuangan yang tertekan, saham yang terus merosot, serta persaingan pasar yang semakin ketat, perusahaan harus membuktikan bahwa strategi transformasi yang dijalankan mampu membawa dampak positif.

Terdepaknya UNVR dari MSCI Global Standard Index semakin memperburuk tekanan yang sudah ada, membuat investor semakin berhati-hati.

Laporan keuangan kuartal pertama 2025 akan menjadi penentu apakah UNVR mampu keluar dari tekanan atau semakin terpuruk. Bagi investor, keputusan untuk masuk ke saham ini harus mempertimbangkan risiko yang ada.

Apakah UNVR akan bangkit kembali atau justru kehilangan kejayaannya? Jawabannya akan sangat bergantung pada efektivitas strategi bisnis yang dijalankan dalam beberapa bulan ke depan.

Penulis: Merza Gamal (Advisor & Konsultan Transformasi Corporate Culture)

Tentang Penulis: Samsul Budaeri

Gravatar Image
Samsul Budaeri adalah seorang penulis dan koresponden di media online BOGORMEDIA. Dia juga sebagai Admin di website media tersebut.

No More Posts Available.

No more pages to load.