– Mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia, Marty Natalegawa mengungkap posisi Indonesia mempunyai potensi untuk memperkuat pengaruhnya di dunia internasional.
Hal itu diungkapkan Marty Natalegaw dalam sebuah diskusi bersama pengusaha sekaligus mantan Menteri Perdagangan Indonesia, Gita Wirjawan.
Marty menuturkan, potensi yang ada saat ini harus dijaga dengan terus mengasah kemampuan diplomasi yang tegas.
Selain itu harus menghindari terjebak dalam rivalitas yang dapat merugikan stabilitas regional dan global.
“Indonesia harus semakin percaya diri dan aktif dalam merespon perubahan global yang semakin cepat,” ujarnya dalam diskusi yang tayang di Youtube Gita Wirjawan program Endgame.
Menurutnya, Indonesia merupakan negara yang tidak hanya kuat secara ekonomi, tapi juga dihormati karena sistem pemerintahan yang demokratis.
“Kita punya peluang besar untuk memimpin berbagai dialog internasional, terutama yang berkaitan dengan isu-isu perdamaian dan kerja sama multilateral,” ujar Marty Natalegawa.
Peran Indonesia, lanjut Marty, dalam menciptakan kedamaian global, dengan mengutamakan dialog dan penyelesaian sengketa secara damai.
Saat ini Indonesia telah menjadi negara yang dihormati karena sikapnya yang mempromosikan perdamaian.
“Keindahan dari diskursus intelektual bahwa tidak ada satu pihak pun yang memiliki monopoli atas pengetahuan dan penyelesaian masalah,” ujar dia.
“Indonesia harus terus menjadi jembatan penghubung dalam diskusi global yang penting,” tambahnya.
Hal lain yang menjadi sorotan adalah dalam menangani ketegangan yang terjadi di Laut Cina Selatan.
Dalam kasus tersebut, Gita Wirjawan menegaskan bahwa Indonesia harus tetap menjadi mediator yang aktif.
Selain itu, Indonesia harus mendorong tercapainya kesepakatan damai yang dapat memberikan stabilitas di Laut Cina Selatan.
“Indonesia memiliki posisi yang strategis dalam konflik ini dan kita memiliki kewajiban untuk mendorong agar CoC menjadi alat yang efektif,” ujar Gita Wirjawan.
“Kami percaya bahwa dengan kemampuan diplomasi yang dimiliki, Indonesia dapat menjadi kunci bagi tercapainya penyelesaian damai yang menguntungkan semua pihak,” ungkapnya.
Marty Natalegawa tetap percaya bahwa pendekatan multilateral yang lebih inklusif adalah kunci untuk menyelesaikan perselisihan ini secara damai.
Selain masalah Laut Cina Selatan, diskusi juga membahas tantangan baru yang muncul seiring dengan kemajuan teknologi.
Satu di antaranya adalah eksplorasi luar angkasa dan dominasi individu serta perusahaan besar.
Marty berharap Indonesia tidak hanya menjadi pengamat, tapi aktif mencari kesempatan berkolaborasi dalam pengelolaan sumber daya luar angkasa terhadap ekonomi global di masa depan.
“Ini adalah kesempatan untuk Indonesia untuk berkolaborasi dengan kekuatan besar dalam teknologi, seperti yang telah dilakukan negara-negara maju,” ujarnya.
“Indonesia harus siap memanfaatkan peluang di luar angkasa sebagai landasan untuk perkembangan teknologi dan ekonomi di masa depan,” pungkasnya.
(TribunJakarta)
Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya