Inilah profil Kombes Deonijiu de Fatima, ayah Ipda Theodore Gomgom Octofarrel De Fatima lulusan Akpol terbaik 2024.
Tak cuma sosok Theodore yang mencuri perhatian tetapi juga sang ayah.
Ternyata jejak Thedore yang menjadi perwira polisi dengan segudang prestasi menurun dari orang tuanya.
Theodore memiliki orang tua yang juga berprofesi sebagai anggota Polri.
Ayahnya adalah Kombes Deonijiu de Fatima yang menjabat sebagai Kepala Biro Operasi Polda Nusa Tenggara Timur.
Sementara ibu Theodore Gomgom adalah AKP Endang Longla.
Ia aktif sebagai anggota Bhayangkari Satuan Brimob Polda NTT dan sempat menjabat sebagai Ketua Bhayangkari Kars Polda NTT.
Deoniju memiliki keahlian khusus sebagai polisi penjinak bom.
Seperti apa sosoknya?
Sosok Deonijiu de Fatima
Kombes Deonijiu de Fatima saat ini menjabat sebagai Kepala Biro Operasi Polda Nusa Tenggara Timur.
Ia dikenal sebagai polisi penjinak bom yang sering berada di garis depan dalam tugasnya.
Deonijiu de Fatima merupakan lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 1996 yang punya karir mentereng.
Ia pernah menjabat Kasat Brimob Polda NTT pada 2018, Kasat Brimob Polda Metro Jaya pada 2019, Kapolres Metro Tangerang Kota pada 2020, dan Analis Kebijakan Madya Bidang Brigade Mobil Corps Brimob Polri pada 2021.
Pria kelahiran Aileu, Timor Portugis ini selalu ditempatkan di garda terdepan dan posisi-posisi yang sulit.
Pengalaman bertugas Deonijiu di Gegana, Densus 88, serta daerah rawan konflik seperti Timor Timur, Aceh, Ambon, Papua, hingga Poso.
Sementara dikutip dari marinir.tnial.mil.id, Deonijiu De Fatima pernah menjabat sebagai Dansat Brimob Polda Metro Jaya.
Ia menjalankan amanah jabatannya termasuk mempererat tali silaturahmi, menjaga hubungan baik TNI-Polri.
Ada cerita tersendiri di balik pencapaian seorang Kombes Pol Deonijiu hingga saat ini.
Dulu dirinya pernah putus sekolah di jenjang pendidikan SD, tepatnya saat kelas 2 SD pada 1982.
Ia pernah tidak tinggal di rumah dan dan pernah disebut sebagai berandal di Timor Timur (sekarang Timor Leste).
Jalan kehidupannya berubah. Ia dimbil untuk bekerja oleh tentara yang disebut sebagai tenaga bantuan operasi (TBO).
Setiap tentara yang berdinas di Timor Timor pada saat itu akan mencari anak-anak untuk membantu mereka, mengangkat barang saat pindah, dan lainnya serta menjadi penunjuk jalan.
Deonijiu pun menjalani tugas barunya tersebut selama 4 tahun, dikutip dari Pos-Kupang.com.
Setelah tinggal bersama dengan tentara, ia lalu berkeinginan untuk hidup jadi tentara.
Tidak mudah tentunya, dirinya melewati waktu, dari bulan ke bulan, tahun ke tahun untuk mengenyam pendidikan.
Ternyata jadi tentara tidak gampang karena harus ada ijazah.
Setelah tamat SMA lantas dirinya mengikuti tes Akabri, ternyata dia lolos.
Deonijiu memiliki banyak pengalaman, pandai berkomunikasi dengan tentara dan polisi sehingga ia mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk ikut tes.
“Saya buktikan bahwa kalau ada kemauan, pasti bisa, saya lolos di Akabri tanpa uang,” ucapnya.
Ayah dari tiga orang anak ini mengatakan, saat berpangkat AKBP sempat membuat buku mengenai dirinya dan membagikan buku tersebut kepada anak panti asuhan.
“Saya sudah ditinggalkan oleh bapak saya sejak saya masih SD, saya hidup ikut orang.”
“Saya berikan buku sebagai motivasi bagi anak-anak panti asuhan bahwa meskipun kondisi mereka seperti itu, tapi harus tetap semangat untuk meraih masa depan,” ucapnya.
Penjinak Bom
Sebelum menjadi Kapolres Tangerang Kota, Kombes Pol Deonijiu pernah menjabat sebagai Kasubden C Satuan Gegana Korbrimob Polri, Wakaden D Pelopor Satbrimob Polda Metro Jaya.
Juga Kaden Gegana Satbrimob Polda Metro Jaya, Kaden A Satbrimob Polda Metro Jaya, Kasubag Intel Korbrimob Polri, Wakapuslat Korbrimob Polri, dan pada 2018 menjabat sebagai Dansat Wanteror Pasgegana Korbrimob Polri.
Bahkan dirinya pernah menyandang tugas sebagai polisi penjinak bom.
Saat itu dalam tayangan Mata Najwa yang diunggah YouTube MetroTVnews, tanggal 16 Juli 2014, dirinya bercerita butuh ketenangan menjadi seorang penjinak bom.
“Kembali pada person-nya harus memiliki ketenangan yang bagus, kemudian tidak ceroboh, punya perhitungan yang pasti, sehingga apabila dia dihadapkan pada bom tersebut, tidak grogi,” ujarnya saat itu.
Kombes Pol Deonijiu pun juga pernah ditempatkan di daerah konflik yakni di Timor Timur, Aceh, Ambon, Papua hingga Poso.
Deonijiu angkat anak
Kombes Pol Deonijiu De Fatima baru saja mengangkat kakak beradik yatim piatu sebagai anak.
Mereka adalah Denas berusia 12 tahun dan Ramdani berusia 19 tahun.
Kakak beradik asal Tangerang, Banten itu menjadi yatim piatu setelah orang tuanya meninggal akibat Covid-19 pada pertengahan Juli 2021 lalu.
Diberitakan Tribunnews sebelumnya, kakak beradik itu merupakan warga Kelurahan Periuk Jaya, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang.
Sang ibu meninggal dunia pada 9 Juli 2021 lalu, sedangkan ayah mereka meninggal dunia seminggu kemudian.
Tak hanya kedua orang tuanya, sang nenek juga meninggal karena terkejut mendengar ibu Ramdani meninggal.
Sang nenek meninggal beberapa hari setelah ibu dari Ramdani dan Denas tiada.
“Kami dari pihak kepolisian akan memperhatikan karena jadi anak yatim.”
“Kami akan menjadikan anak asuh untuk memperhatikan kehidupannya ke depan, sekolahnya.”
“Kami akan menjadikan anak angkat anggota Kepolisian Metro Tangerang Kota,” jelas Kombes Pol Deonijiu De Fatima.