Nama Liang Wenfeng belakangan ini mencuri perhatian publik setelah terungkap menjadi pendiri DeepSeek, perusahaan kecerdasan buatan atau AI.
Sekarang Liang tengah menikmati kesuksesan mendadak dengan chatbot AI miliknya. Hal ini karena perusahaannya disebut telah membuat gebrakan besar bulan ini.
Aplikasi tersebut menawarkan fungsi yang mirip dengan chatbot ChatGPT milik OpenAI yang populer, menjawab pertanyaan dan membuat teks sebagai respons atas permintaan pengguna.
![]() |
Klaim DeepSeek untuk melakukan hal itu dengan chip yang lebih sedikit dan kurang canggih daripada perusahaan Amerika terlihat membuat Wall Street ketar-ketir, Bunda.
Hal ini karena saham teknologi AS anjlok di tengah kekhawatiran tentang kemampuan perusahaan AS untuk bersaing. Bahkan, Presiden AS Donald Trump mengatakan peluncuran DeepSeek menjadi peringatan.
âHarus menjadi peringatan bagi industri kita bahwa kita perlu berfokus untuk bersaing demi menang,â ungkap Trump.
8 Profesi yang Bisa dan Tidak Bisa Digantikan AI di Masa Depan
|
Mengenal sosok Liang Wenfeng
Liang yang mendirikan DeepSeek pada 2023, ini lahir di Guangdong. Ia kuliah di Zhejiang University saat berusia 17 tahun, mengambil jurusan teknik elektronika dan komunikasi sebelum mengambil gelar master dalam teknik informasi dan komunikasi, yang diselesaikannya pada 2010.
Kemudian, Liang mendirikan dana lindung nilai kuantitatif High-Flyer pada 2015. Dana lindung ini mengembangkan model untuk perdagangan saham terkomputerisasi dan mulai menggunakan teknik pembelajaran mesin untuk menyempurnakan strategi tersebut.
Seperti banyak pedagang kuantitatif China lainnya, High-Flyer mengalami kerugian ketika regulator menindak perdagangan semacam itu tahun lalu.
Perusahaan ini juga memiliki daya komputasi yang melimpah untuk AI, karena pada 2022 High-Flyer telah mengumpulkan 10.000 chip prosesor grafis A100 berkinerja tinggi buatan Nvidia yang berbasis di California yang digunakan untuk membangun dan menjalankan sistem AI.
Tujuan Liang mendorong pembelajaran AI
Liang mengatakan menghabiskan hari-harinya dengan membaca makalah, menulis kode, dan berpartisipasi dalam diskusi kelompok, seperti peneliti lainnya.
Pendekatan Liang terfokus sesuai dengan tekadnya untuk mendorong pembelajaran AI ke depan. Setelah puluhan tahun mengandalkan inovasi dari Barat, ia mengatakan China harus memberikan kontribusinya sendiri.
âYang kami lihat adalah bahwa AI China tidak dapat berada dalam posisi mengikuti selamanya. Kami sering mengatakan ada kesenjangan satu atau dua tahun antara AI China dan Amerika Serikat, tetapi kesenjangan yang sebenarnya adalah perbedaan antara orisinalitas dan peniruan,â ujar Liang.
âJika ini tidak berubah, China akan selalu menjadi pengikut. Jadi, beberapa eksplorasi tidak dapat dihindari,â sambungnya.
Namun, perusahaan itu dilaporkan mengelola aset senilai US$8 miliar atau setara dengan Rp130 triliun, sumber daya yang cukup untuk mendanai penelitian AI DeepSeek.
Pilihan Redaksi
|
Nah, itulah sejumlah hal yang dapat Bunda kenali dari sosok Liang Wenfeng. Semoga bermanfaat, ya, Bunda.
Gratis!