Warga Bogor kini mesti ekstrawaspada. Gempa teknonik yang terjadi Minggu (9/9) dini hari, di Cibunian, Pamijahan, diprediksi dapat memicu aktivitas vulkanik di Gunung Salak. Pasalnya, guncangan 4,8 Skala Richter (SR) yang ber pusat di 31 kilometer sebelah barat daya Kabupaten Bogor itu terasa hebat hingga Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) Sukabumi.
“Penyebab gempa akibat pertumbukan dua lempengan Eorasia dan Hin dia-Australia. Pertumbukan tersebut memang bisa memicu akti vitas vulkanik. Tapi sejauh mana dampaknya perlu diteliti kem bali,” kata ahli Geologi dari Universitas Pakuan Bogor, Singgih Iriyanto kepada Radar Bogor, kemarin.
Gunung Salak merupakan salah satu gunung berapi purba yang masih terpantau aktif. Aktivitas vulkanik gunung dengan ketinggian lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut (dpl) itu bisa dilihat dari pergerakan Kawah Ratu.
“Kami memang menduga adanya peningkatan aktivitas di Kawah Ratu, tapi kami belum teliti sejauhmana peningkatannya,” terang Kepala PNGHS Sukabumi, Agus Priambudi.
Agus mengatakan, petugas TNGHS meningkatkan kewaspadaan dengan cara terus memantau perkembangan ativitas kawah yang kerap dijadikan objek wisata oleh para pendaki itu. Ia menjelaskan, dalam kondisi normal Kawah Ratu kerap mengeluarkan kepulan asap beracun yang bersumber dari lava. Karena itu, adanya pendakian menuju Kawah Ratu saat ini dilarang keras, setidaknya sampai 1 Oktober mendatang. “Untungnya pada saat kejadian gempa, aktivitas pendakian menuju Gunung Salak dan Halimun ditutup, khususnya menuju Kawah Ratu, sehingga tidak menyebabkan adanya korban dari pihak pendaki,” katanya.
Menurut Agus, penutupan aktivitas pendakian awalnya beralasan untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan. “Tapi, di sisi lain, dengan kondisi cuaca yang kemarau ini dikhawatirkan ada peningkatan aktivitas di Gunung Salak khususnya Kawah Ratu. Peningkatan aktivitas di Kawah Ratu bisa terjadi kapan saja,” tandasnya.
sumber:radar-bogor.co.id